Kuala Tungkal, Lenterajambi.id - Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kab. Tanjung Jabung Barat seri 9 bergulir kamis, (5/8/2021) jam 14.00 WIB, bertajuk Identifikasi dan Penanganan Radikalisme, Terorisme, Separatisme di Internet.
Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif-nya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.
Pada webinar yang menyasar target segmen generasi milenial dan tenaga pendidik ini, hadir dan memberikan materinya secara virtual, para Narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Khairul Fahmi, S.IP (Direktur Eksekutif Institute for Security and Strategic Studies (ISESS)), Lalu Azwin Hamdani (Praktisi Keamanan Media Digital (Founder kicknews.today) ), Prof. Dr. H. Ahmad Syukri Saleh, M.A. (Guru Besar UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi), Pandu Eko Putra, S.STP (Kabid ketahanan seni budaya, keagamaan, kemasyarakatan dan ekonomi Badan Kesbangpol kab. Tanjung Jabung Barat). Fikri Haikal Pegiat media social yang juga TV Host, Mc, Comedian dan Media Consultant bertindak sebagai Key Opinion Leader (KOL) dan memberikan pengalamannya.
Hadir pula memberikan sambutannya secara daring, Bupati Tanjung Jabung Barat Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag beliau mengatakan Pertumbuhan penduduk dan perkembangan data digital secara bersamaan mengindikasi bahwa penduduk indonesia telah bergeser ke arah urban digital. Tantangan di ruang digital semakin besar. Konten-konten negatif terus bermunculan dan kejahatan di ruang digital terus meningkat.
Untuk itu, menurut Bupati Anwar Sadar kita harus tingkatkan kecakapan digital masyarakat agar mampu menciptakan lebih banyak konten-konten kreatif yang mendidik dan menyejukkan. Program nasional literasi digital yang telah diluncurkan Bapak Presiden RI merupakan solusi yang tepat untuk diterapkan secara masif oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
Pada Sesi pertama, Khairul Fahmi, S.IP menjelaskan tentang apa itu radikalisme, terorisme dan separatisme. Informasi yang mudah diakses dapat memulai seseorang terpapar ide-ide kekerasan yang ekstrim. Radikalisme dan ekstrimisme adalah dua hal berbeda. Ada istilah baru di ranah publik dalam hal memberantas terorisme yaitu ekstrimisme. Kaitannya dengan internet dan digital ialah mempermudah komunikasi dan membuka peluang kelompok masyarakat untuk menyebarkan informasi secara luas. Bahkan propaganda mudah diakses melaluii situs-situs tertentu tanpa melakukan kontak fisik.
Giliran pembicara kedua, Lalu Azwin Hamdani memaparkan materi mengenai “anak muda dan radikalisme”. Kenapa anak muda? Karena anak muda itu aktif, energik sedang mencari jati diri tetapi labil sehingga mudah untuk dipengaruhi. Lewat media sosial lebih cepat dan lebih mudah dan lebih efektif karena tidak perlu tatap muka, video dan artikel dapat dikirim dengan sangat mudah. Yang harus dilakukan yaitu melakukan tabayyun digital dengan cara menguasai beberapa tools: google reverse image search, cek informasi pembanding, Analisa, baru simpulkan.
Tampil sebagai pembicara ketiga Prof. Dr. H. Ahmad Syukri Saleh, M.A menyampaikan mengenai separatisme. Kecenderungan terorisme, radikalisme, dan separatisme timbul dari keinginan untuk mendirikan negara islam tapi nyatanya malah merugikan. Ada Sebagian orang yang ingin melakukan separatisme atau pemisahan diri dari negara seperti Gerakan Aceh merdeka, Gerakan papua merdeka dengan cara radikal. Kalangan muda masih ingin menunjukkan jati diri sehingga ada kecenderungan terhadap radikalisme. Radikalisme bisa muncul dari tekanan sosial politik, kemudian dari emosi keagamaan, bisa juga kultur dan ideologi, mengutip teks al-qur’an dan hadits secara tekstual tanpa memahami lebih dalam. Mereka memiliki jaringan lintas negara, mereka juga bisa ditandai dengan rela mati.
Pembicara keempat Pandu Eko Putra, S.STP menegaskan “identifikasi dan penangan radikalisme, terorisme dan separatism di internet”. Salah satu penyebab terjadinya radikalisme ialah karena kita kurang memahami isi Pancasila yang menjadi dasar negara. Visi Pancasila adalah menjadi bangsa yang merdeka, Bersatu, berdaulat, adil dan Makmur. Beberapa hal penting yang harus dipahami masyarakat yaitu : Intensitas pembelajaran Pancasila, Kurangnya efektivitas dan daya tarik pembelajaran Pancasila secara isi dan metodologi, Masih adanya distorsi sejarah akibat kurangnya akses terhadap sumber-sumber otentik, Sosialisasi Pancasila yang dilaksanakan oleh K/L pada umumnya bersifat superfisial, kompartementalis, kurang terencana, terstruktur dan terkoordinasi, Rendahnya tingkat kedalaman literasi masyarakat Indonesia dan Pemahaman terhadap Pancasila belum sepenuhnya dikembangkan secara ilmiah baik melalui pendekatan intradisplin, multidisiplin, dan transdisiplin.
Fikri Haikal sebagai key opinion leader dalam webinar kali ini, menceritakan sedikit kegiatannya sebagai seorang MC. Sejak terjadinya pandemic dan ditetapkannya PPKM didaerahnya kegiatannya menjadi tidak sepadat biasanya. Namun kita harus bisa melihat sisi peluang yang ada. Dengan memaksimalkan digitalisasi yang dulunya kegiatan kita biasa bertatap muka secara langsung sekarang bisa kita lakukan dengan virtual.
Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Melinda Eka Putri Irawan salah satu peserta menanyakan Bagaimana penerapan nilai-nilai pancasila dalam budaya digital dan literasi digital? Adakah cara mengakselerasi pertumbuhan generasi millenial yang sesuai dengan karakter bangsa di media digital dan sesuai Revolusi Mental dan Manusia yang Pancasilais yang ditargetkan Indonesia untuk menghadapi era revolusi 4.0 dan paham ektrime, separatisme dan terorisme yang semakin kuat.
Dijawab oleh Prof. Dr. H. Ahmad Syukri Saleh, M.A, Kita harus membuka wawasan terus menerus. Kita harus bisa membedakan mana yang ekstrim dan yang tidak, kita harus melihat bahwa bangsa kita sedang dilanda pandemic, maka jangan cepat-cepat menyalahkan pemerintah. Namun harus dipikirkan bahwa pemerintah juga harus dibantu masyarakat.
Webinar ini merupakan yang ke-9 dari rangkaian 20 kali webinar yang diselenggarakan di kabupaten Tanjung Jabung Barat. Masyarakat diharapkan dapat hadir pada webinar-webinar yang akan datang.(*)