Lumajang, Lenterajambi.id - Pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 masih dua tahun lagi. Namun, geliat politik nasional sudah mulai memanas. Semua partai politik (parpol) sudah menghidupkan mesin politiknya.
Satu fenomena yang selalu menarik di tengah hiruk pikuk menjelang kontestasi kepemimpinan nasional yakni daya tarik Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan Islam dengan jumlah jamaah terbesar di Indonesia bahkan dunia. NU meskipun bukan sebagai parpol, namun selalu memikat dan menjadi rebutan para aktor politik.
Tokoh muda NU yang juga Koordinator Nasional Nahdliyin Bersatu KH Abdurrahman Al-Kautsar mengatakan, siapapun tokoh yang ingin menjadi calon presiden (capres) pasti akan mendekati NU. ”Siapapun capres, dari golongan manapun, tidak ada yang tidak butuh NU. Kabeh nek wes wayahe pilihan (semua kalau sudah waktunya pilpres) semua mengaku bagian dari nahdliyin wan nahdliyat rahimahuallahutaala,” ujar kiai yang akrab disapa Gus Kautsar itu saat memberikan sambutan dalam acara Deklarasi Dukungan Gus Muhaimin Presiden 2024 oleh Gerakan Nahdliyin Bersatu di Pondok Pesantren Bustanul Umum Krai, Yosowilangun, Lumajang, Jawa Timur, Senin (21/2/2022).
Karena itu, kata Gus Kautsar, banyak tokoh yang tiba-tiba bergabung dengan NU. ”Langsung melakukan naturalisasi, Kartanu (Kartu Anggota NU) dan sebagainya metu kabeh (keluar semua). Moro-moro dadi (tiba-tiba menjadi anggota) Banser dan sebagainya,” ungkapnya.
Putra dari Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri KH Nurul Huda Djazuli menyayangkan karena ada sejumlah kiai yang terkadang kaget dengan kebaikan sejumlah tokoh yang tiba-tiba mendekat ke NU. ”Kadang-kadang kiai-kiai di antara kita tahu-tahu senengane kaget dengan ihsane orang itu yang ihsane musim-musiman. (Tiba-tiba) mengaku ‘kulo niku riyen mbah buyut kulo niku NU yai’. Mbah buyut NU lah kowe itu nang endi? Kok arep pilpres saja NU,” urainya.
Gus Kautsar menyayangkan NU yang merupakan organisasi dengan jumlah jamaah mencapai lebih dari 100 juta, namun ketika ada santri yang hendak maju menjadi pemimpin, baik sebagai calon bupati, wali kota, gubernur bahkan presiden kesulitan karena tidak mendapatkan dukungan, termasuk dari para tokoh NU sendiri. ”Warna Nahdliyin hari ini laksana buih-buih banjir. Coba kita bersatu, (NU bagaikan) tsunami. Siapa yang tidak takut dengan kekompakan kita? Pasti ada pihak-pihak yang tidak menginginkan kita kompak. Jangan panjenengan anggap bahwa ketidakkompakan kita ini natural. Tidak mungkin,” katanya.
Karena itu, Gus Kautsar mengajak para ulama dan kiai bersatu, merapatkan barisan untuk menjadikan kader asli NU sebagai pemimpin. ”Mari sama-sama kita merenungkan, muhasabah mengapa kita yang sebesar dan sekuat ini, sekokoh ini ini kok tiba-tiba menjadi selemah ini. Kita harus berbenah. Kita yang dari pagi sampai pagi mengajar santri, kenapa tidak pernah bisa mencetak santri untuk kemudian memimpin bangsa ini,” urainya.
Karena itu, Gus Kautsar mengajak para kiai dan ulama untuk mendukung kader tulen NU yang juga ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) sebagai presiden 2024. ”Ini ada Gus Muhaimin, santri njenengan, murid njenengan, bagian dari njenengan (maju sebagai capres). Mohon dipangestoni semoga maslahat direstui Allah SWT,” tuturnya.
Sementara itu, Gus Muhaimin mengatakan bahwa langkahnya maju sebagai capres pada 2024 bukan karena ingin mengejar ambisi jabatan, namun lebih pada amanah dirinya sebagai kader NU yang memiliki kendaraan parpol untuk maju sebagai capres. ”Ini perintah dari para kiai, para gus agar NU bisa memimpin negeri ini. Ini amanah yang harus saya jalankan,” katanya.
Karena itu, Gus Muhaimin menyampaikan terima kasih atas dukungan dari para kiai dan kader NU dari berbagai penjuru negeri yang luar biasa memberikan dukungan dan semangat untuk maju dalam Pilpres 2024. ”Melihat dukungan yang luar biasa, kita sangat optimis NU bisa memimpin negeri ini,” ungkap cucu pendiri NU, KH Bisri Syansuri ini. (*)