Bupati H. Anwar Sadat Hadiri Wisuda Santri Tahfidz Ponpes Asy-Syatibi

Bupati H. Anwar Sadat Hadiri Wisuda Santri Tahfidz Ponpes Asy-Syatibi

Kuala Tungkal, Lenterajambi.id -Suasana khidmat dan penuh berkah menyelimuti Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy-Syatibi di Desa Tungkal I, Kecamatan Tungkal Ilir, pada Ahad (21/12/2024).

Acara ini merupakan kombinasi dari dua agenda istimewa, yakni Haul Ke-14 Syekh KH. M. Ali Wahab bin Syekh Abdul Wahab dan Haul Ke-6 Guru H. M. Husaini Haz, yang dirangkai dengan wisuda santri penghafal Al-Qur’an. Peristiwa ini menjadi momen bersejarah bagi masyarakat Tanjung Jabung Barat (Tanjab Barat) yang turut hadir untuk menyaksikan prosesi sakral tersebut.

Dalam acara tersebut, Bupati Tanjab Barat, Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag, hadir langsung menyaksikan para tahfidz dan tahfidzah yang telah berhasil menghafal 10, 20, hingga 30 juz Al-Qur’an. Bupati menyampaikan apresiasinya terhadap pencapaian para santri, seraya mengingatkan pentingnya menjaga tradisi pengajaran Al-Qur’an.

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya,” kutip Bupati dari hadis Nabi Muhammad SAW. “Melalui momentum seperti ini, kita dapat terus menumbuhkan semangat cinta Al-Qur’an dalam masyarakat, terutama generasi muda,” lanjutnya dengan penuh semangat.

Bupati juga menekankan bahwa haul ulama adalah tradisi mulia yang tidak hanya menjadi ajang mengenang jasa para guru, tetapi juga momen syiar Islam yang menginspirasi umat untuk terus menjaga nilai-nilai keislaman.

“Haul adalah bentuk penghormatan kepada para ulama yang telah berjasa membimbing umat. Kita semua punya kewajiban untuk melanjutkan perjuangan mereka,” tambahnya.

Sementara itu, Pengasuh Ponpes Asy-Syatibi, H. Zakaria Ansori, SHI., MH, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran acara ini.

“Kami berharap kegiatan ini dapat terus memotivasi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk mencintai dan mempelajari Al-Qur’an. Keberhasilan santri adalah keberhasilan kita semua,” ujar H. Zakaria di hadapan para undangan.

Selain prosesi wisuda, acara ini juga diisi dengan ceramah keagamaan yang dibawakan oleh KH Lohot Hasibuan, Pengasuh Ponpes Zulhijjah, Batang Hari. Dalam ceramahnya, KH Lohot mengingatkan hadirin akan pentingnya menjaga hubungan dengan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.

“Al-Qur’an adalah cahaya yang akan selalu menerangi jalan hidup kita, jika kita istiqamah dalam mempelajarinya,” ujarnya dengan lantang.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh sejumlah pejabat pemerintah, termasuk Danramil Tungkal Ilir, para ulama, tokoh masyarakat, dan keluarga santri. Kehadiran mereka mencerminkan dukungan nyata terhadap upaya pengajaran dan pengamalan Al-Qur’an di tengah masyarakat. Salah seorang wali santri, Nurdin (45), mengaku sangat bangga atas prestasi anaknya yang telah menyelesaikan hafalan 30 juz.

“Ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi keluarga kami. Semoga anak-anak kita terus menjadi generasi penerus yang cinta Al-Qur’an,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca. Momen ini juga menjadi refleksi bersama akan pentingnya dukungan masyarakat terhadap lembaga-lembaga pendidikan keagamaan seperti pesantren.

“Pesantren adalah benteng moral dan agama. Dengan mencintai pesantren, kita mencintai generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia,” ungkap salah satu tokoh masyarakat yang hadir.

Rangkaian acara berjalan dengan lancar dan penuh khidmat. Para santri yang diwisuda tampak mengenakan seragam terbaik mereka, sementara keluarga dan kerabat hadir dengan wajah penuh kebanggaan. Sorak-sorai dan tepuk tangan mengiringi prosesi pemberian sertifikat kepada para hafidz dan hafidzah. Tidak sedikit di antara mereka yang meneteskan air mata haru saat menyaksikan keberhasilan anak-anak mereka.

Selain sebagai ajang syiar, acara ini juga menjadi simbol semangat kebersamaan masyarakat dalam menjaga tradisi keislaman. “Kami berharap semangat cinta Al-Qur’an yang terpancar di acara ini dapat menginspirasi masyarakat luas untuk menghidupkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari,” pungkas H. Zakaria.

Acara diakhiri dengan doa bersama untuk para ulama yang telah wafat, dilanjutkan dengan ramah tamah dan santap siang. Semua yang hadir merasa tersentuh dengan suasana kebersamaan dan keakraban yang tercipta.

Momentum ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi para santri dan keluarga, tetapi juga seluruh masyarakat Tanjab Barat. Dengan dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan masyarakat, diharapkan tradisi ini dapat terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.(Aj/*)